Rabu, 28 November 2012

KUALITAS PENDIDIKAN DI INDONESIA


A. Kualitas Pendidikan di Indonesia
Bagi orang-orang yang berkompeten terhadap bidang pendidikan akan menyadari bahwa dunia pendidikan kita sampai saat ini masih mengalami “sakit”.Dunia pendidikan yang “sakit”ini disebabkan karena pendidikan yang seharusnya membuat manusia menjadi manusia,tetapi dalam kenyataannya seringkali tidak begitu.Seringkali pendidikan tidak memanusiakan manusia.Kepribadian manusia cenderung direduksi oleh system pendidikan yang ada.
Masalah pertama adalah bahwa pendidikan,khususnya di Indonesia,menghasilkan”manusia robot”. Kami katakan demikian karena pendidikan yang diberikan ternyata berat sebelah, dengan kata lain tidak seimbang.Pendidikan ternyata mengorbankan keutuhan,kurang seimbang antara belajar berfikir(kognitif)dan perilaku belajar yang merasa (efektif).Jadi unsur integrasi cenderung semakin hilang,yang terjadi adalah disintegrasi.Padahal belajar tidak hanya berfikir.Sebab ketika orang sedang belajar,maka orang yang sedang belajar tersebut melakukan berbagai macam kegiatan,seperti mengamati,membandingkan,meragukan,menyukai,semangat dan sebagainya.Hal yang sering disinyalir ialah pendidikan seringkali dipraktekkan sebagai sederetan instruksi dari guru kepada murid.Apalagi dengan istilah yang sekarang sering digembar-gemborkan sebagai “pendidikan yang diciptakan manusia siap pakai.Dan”siap pakai”di sini berarti menghasilkan tenaga-tenaga yang dibutuhkan dalam pengembangan dan persaingan bidang industry dan teknologi.
Ada dua factor yang mempengaruhi kualitas pendidikan,khususnya di Indonesia yaitu:
1. Faktor internal,meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu Depatemen Pendidikan Nasional,Dinas Pendidikan daerah, dan juga sekolah yang berada di garis depan.Dalam hal ini,interfensi dari pihak-pihak yang terkait sangatlah dibutuhkan agar pendidikan senantiasa selalu terjaga dengan baik.
2. Faktor eksternal, adalah masyarakat pada umumnya.Dimana,masyarakat merupakan ikon pendidikan dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan yaitu sebagai objek dari pendidikan.
Banyak faktor-faktor yang menyebabkan kualitas pendidikan di Indonesia semakin terpuruk.Fakto-faktor tersebut yaitu:
1. Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
Untuk sarana fisik misalnya,banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak,kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah,buku perpustakaan tidak lengkap.Sementara laboraturium tidak standar,pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya.Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri,tidak memiliki perpustakaan,tidak memiliki laboraturium dan sebagainya.
2. Rendahnya Kualitas Guru
Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan.Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran,melaksanakan pembelajaran,menilai hasil pembelajaran,melakukan pembimbingan,melakukan pelatihan,melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat.
3. Rendahnya Kesejahteraan Guru
Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia.Dengan pendapatan yang rendah,terang saja banyak guru terpaksa melakukan  pekerjaan  sampingan.Ada yang mengajar lagi di sekolah lain,memberi les pada sore hari,menjadi tukang ojek,pedagang mie rebus,pedagang buku/LKS,pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya.
4. Rendahnya Prestasi Siswa
Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik,kualitas guru,dan kesejahteraan guru)pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan.
Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran.Hal ini mungkin karena mereka sangat terbiasa menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda.
Selain itu, hasil studi The Third International Mathematic and Science Study-Repeat-TIMSS-R,1999(IEA,1999)memperlihatkan bahwa,diantara 38 negara peserta,prestasi siswa SLTP kelas 2 Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk IPA,ke-34 untuk matematika.Dalam dunia pendidikan tinggi menurut majalah Asia Week dari 77 universitas yang di survey di asia pasifik ternyata 4 universitas terbaik di Indonesia hanya mampu menempati peringkat ke-61,ke-68,ke-73,dank e-75.
5. Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas  pada tingkat sekolah dasar. Data Balitbang Departemen Pendidikan Nasional dan Direktorat Jendral Binbaga Departemen  Agama tahun 2000 menunjukkan angka partisipasi murni (AMP) untuk anak usia SD pada tahun 1999 mencapai 94,4% (28,3 juta siswa) pencapaian APM ini termasuk kategori tinggi . angka partisipasi murni pendidikan di SLTPmasih rendah yaitu 54,8% (9,4 juta siswa).
6.Rendahnya Relevansi Pendidikan dengan kebutuhan
hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur . data BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan sejak tahun 1990 menunjukkan angka pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusa SMU sebesar 25,47 %,Diploma / SO sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%.
Adanya ketidak serasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang fungsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.
7. Mahalnya biaya  pendidikan
Pendidikan bermutu itu mahal, kalimat ini yang sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan  masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari tamn kanak – kanak (TK) hingga perguruan tinggi (PT) membuat masyarakat miskin  tidak boleh sekolah.
B. STATUS PENDIDIKAN
Pendidikan  secara garis besar kemajuan pendidikan tidak lepas dari mutu  pendidikan ya.pendidikan sangat  penting  khususnya dalam  mensejahterakan bangsa dan Negara. Sutau konsekuensi yang besar bila menitik beratkan pendidikan sebagai benteng pertahanan masa depan. Sehingga ancaman zaman bisa ter-elakkan.
Seain itu juga Selain Status Pendidikan yang dianggap rendah, Lapangan Kerjapun terbatas dan Gaji yang di terima bahkan relative  minim. Perbedaan Pendidikan yang didapat dan Biaya yang di keluarkan untuk kuliah, mungkin jadi Tolak Ukur antara Pendidikan SMU dan Sarjana.
Tetaplah terus Berjuang untuk mendapatkan Hak Bekerja. Dan Bekerjalah dengan baik Walau dengan keterbatasan Pendidikan, Karena tidak menutup kemungkinan Lulusan SMU pun bisa sesukses Sarjana.Gali potensi diri untuk dijadikan Nilai lebih, pandai-pandailah Belajar dan Bergaul. Serta perbanyaklah Membaca untuk menambah Wawasan dan Pengetahuan dan Bekali Diri dengan Kursus-kursus yang bermanfaat.


Posted by ppraudlatulmubtadiin in GORESAN.
trackback

Tidak ada komentar:

Posting Komentar